Senin, 29 April 2024

Pendidikan Karakter Siswa Dalam Bimbingan Dan Konseling

Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Karakter

    Peranan guru bimbingan dan konseling sebagai pelaksana utama yang mengkoordinir semua kegiatan bimbingan dan konseling disekolah untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi peserta didik, agar menjadi pribadi yang mandiri, peranan guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung baik sesuai dengan apa yang diharapkan. 
Prayitno dan Erman Amti mengemukakan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor kepada anak didik agar dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertindak dengan baik sesuai dengan perkembangan jiwanya. Dalam hal ini  guru BK berperan penting dalam membentuk karakter disiplin dan tanggung jawab belajar pada peserta didik.

    Karakter 
    Menurut Suyanto dalam Zubaedi, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas individu dan makhluk sosial baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara serta berani mempertanggung jawabkan keputusan yang ia buat.

    Disiplin
    Pengertian disiplin menurut Soedjono adalah suatu keadaan dimana individu berperilaku sesuai dengan pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.4 Menurut Manullang, disiplin berarti sanggup melakukan apa yang sudah disetujui, baik persetujuan tertulis, lisan maupun berupa peraturan-peraturan. 

    Tanggung Jawab
    Belajar Tanggung jawab belajar merupakan suatu kewajiban yang dimiliki oleh peserta didik untuk melaksanakan tugasnya yaitu belajar yang merupakan suatu proses usaha berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu untuk mendapatkan kecakapan atau tingkah laku yang baru dengan menerima segala konsekuensi dengan penuh kesadaran dan kesukarelaan. 


    Masalah Pemerintah Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia

    Upaya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan adanya perubahan kurikulum. Perubahan Kurikulum mewajibkan kita untuk mementingkan pendidikan berbasis karakter dan kompetensi yang bertujuan untuk menghasilkan karakter anak bangsa yang berakhlak baik. Berdasarkan fakta yang ada di masyarakat tentang menurunnya moral generasi muda serta peserta didik yang tidak memahami rasa tanggung jawabnya sebagai peserta didik. Misalnya, perilaku peserta didik yang banyak melakukan tindakan tidak baik seperti terlibat kasus narkoba perkelahian, bolos saat jam pelajaran, pergaulan bebas dan pesta minuman.
    Fakta yang terjadi mencerminkan bahwa kurangnya karakter yang ada dalam diri peserta didik tersebut. Pembentukan dan penanaman karakter menjadi sangat penting untuk menentukan cara seseorang bersikap. Karakter manusia yang telah melekat pada kepribadiannya akan ditunjukkan melalui perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Karakter juga mengacu pada serangkaian sikap (attitude), tingkah laku, motivasi dan keterampilan (skills).
    Perkembangan karakter seorang anak tentunya tidak lepas dari peran orang tua, karena diperlukan guna untuk memberikan pendidikan karakter yang baik, jika orang tua salah dalam mendidik anak dapat berakibat fatal dalam perkembangan anak. Peran guru di sekolah pun sangat penting dalam memberikan pendidikan karakter yang baik. Oleh karena itu, kerja sama antara orang tua dan guru sangatlah penting dalam membentuk karakter anak.
    Karakter yang berkualitas penting untuk diajarkan sejak usia dini. Sebab saat usia inilah anak dapat dengan mudah menerima berbagai informasi dengan cepat, sehingga apa yang didapat pada anak akan diterima dengan baik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karakter merupakan tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relative tetap. Dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat al-baqarah ayat 44 yang Artinya: Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti? Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk bertanya kepada orang yang mempunyai pengetahuan pertanyaan yang belum dijawab, akan mendorong seseorang (yang ditanya) untuk mencari tahu dan pertanyaan akan melahirkan ilmu-ilmu baru serta mendorong seseorang untuk terus belajar. Allah juga memerintahkan manusia menggunakan nalarnya dan fikirannya untuk mendapatkan kebenaran agar pikiran manusia tidak tumpul dan mudah dibodohi.

    Karakter erat kaitannya dengan kepribadian seseorang, dimana seseorang yang disebut berkarakter adalah seseorang yang bertingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Hal ini yang menjadi dasar terkait dengan karakter religius dan disiplin peserta didik. Menurut Arikunto kedisplinan peserta didik dapat terlihat melalui tiga aspek diantaranya, aspek di lingkungan keluarga, aspek dilingkungan sekolah, dan aspek dilingkungan pergaulan.
   Berdasarkan aspek-aspek disiplin yang disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan kedisiplinan peserta didik terdiri dari lima indikator diantaranya, mengerjakan tugas sekolah di rumah, mempersiapkan keperluan sekolah di rumah, sikap peserta didik di kelas, kehadiran peserta didik, melaksanakan tata tertib di sekolah. Untuk membantu orang tua dalam pembentukan karakter anak, guru bimbingan dan konseling perlu melakukan pendekatan personal, artinya guru bimbingan dan konseling harus kompeten, layak dicontoh, dan menjadi figure yang dihormati. Dasar-dasar agama pun seharusnya diterapkan dalam menolong anak didik, agar memiliki karakter yang baik di lingkungan sekitar. 
    Banyak sekali faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter anak-anak, mulai dari anggota keluarga, media, lingkungan, dan teman- teman mereka. Jika didalam keluarga, orang tua tidak memberikan perhatian yang cukup kepada anak, maka tidak heran jika anak-anak mencarinya diluar rumah. Pembentukan karakter dilakukan secara terus menerus walaupun pelan pastinya akan diperoleh perubahan yang luar biasa walaupun pada kenyataannya tidak tahu pastinya kapan. Dalam hal ini seharusnya ditanamkan supaya tidak kecewa dengan hasil adalah ketabahan dan kesabaran. Salah satu tempat untuk menanamkan karakter pada anak adalah di sekolah. Sekolah merupakan tempat yang strategis untuk menanamkan karakter.
    Penanaman karakter di sekolah dilakukan oleh seorang guru, oleh karena itu seorang guru harus berperan baik dalam bersikap, karena peserta didik akan mencontoh apa yang dilakukan gurunya. Selain itu, peserta didik juga harus memiliki kecerdasan spriritual, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosionalnya, meskipun kecerdasan itu diperlukan bagi peserta didik, tentu pendidikan karakter lebih diutamakan bagi peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik yang memiliki kecerdasan tanpa diimbangi dengan suatu karakter tidak lah cukup dalam mencapai hasil belajar maksimal. Peran guru BK tidak hanya untuk pembentukan karakter disiplin peserta didik saja namun juga untuk menanamkan tanggung jawab belajar dalam dirinya. Tanggung jawab belajar sangat dibutuhkan dalam proses belajar. 
    Tanggung jawab belajar adalah suatu proses dimana seorang berinteraksi langsung menggunakan alat inderanya terhadap objek belajar dan lingkungan melalui pendidikan di sekolah yang menghasilkan perubahan tingkah laku menganggung segala akibat dan kegiatan belajar dengan penuh kesadaran, kerelaan, rasa memiliki, dan disiplin yang bertujuan untuk menguasai materi ilmu pengetahuan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya tanggung jawab belajar peserta didik antara lain dapat bersumber dari guru, lingkungan tempat tinggal, sarana dan prasarana yang ada, orang tua, dan dari peserta didik itu sendiri. Tidak bertanggung jawab dalam belajar dikarenakan kurangnya dorongan, pengawasan dan motivasi dari dalam diri maupun luar diri peserta didik tersebut dan beberapa faktor seperti masalah keluarga, lingkungan, pergaulan dan teman sebaya.  
 
    Pembentukan Karakter 
    
    1. Pengertian Karakter Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik, (mengerti nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata kehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terdapat dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Dalam hubunganya dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebarkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Sedangkan menurut psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu, karena itu jika pengetahuan mengenai karakter seorang itu dapat diketahui bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. 
    Dilihat dari sudut pengertian ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan. Karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilainilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya yang terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum tata karma, budaya dan adat istiadat. Dalam Hadis Nabi SAW. Yang diriwayatkan oleh iman Bukhari menjelaskan bahwa, yang artinya: “Nabi SAW bersabda: setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi atau Nasrani atau Majusi, bagaimana seekor binatang melahirkan anaknya, apakah engkau melihat dia melindunginya?” Dari Dalil diatas menjelaskan bahwa karakter baik merupakan fitrah manusia yang proses pengembangannya dapat dilakukan melalui tuntutan agama dan lingkungan budaya. 

    2. Macam-macam Bentuk Karakter 
        1. Pendidikan Karakter Berbasis Islam Islam menggunakan kata akhlak (bentuk jamak dari kata khuluq) untuk menggambarkan karakter. Mengemukakan dua citra manusia, yaitu citra lahiriah manusia disebut khalaq, dan citra bantiniah disebut khuluq. Karakter atau akhlak mulia dalam perspektif islam merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan (Ibadah dan Muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter merupakan kesempurnaan dari bangunan, tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat. Oleh sebab itu tidak mungkin karakter mulia akan terwujud pada diri seseorang jika tidak memiliki aqidah dan syariah yang benar.
        2. Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Pendidikan karakter berbasis budaya menegaskan bahwa kebudayaan dimaknai sebagai sesuatu yang diwariskan atau dipelajari, kemudian meneruskan apa yang dipelajari serta mengubahnya menjadi sesuatu yang baru, itulah proses dari pendidikan. Apabila demikian adanya, maka tugas pendidikan sebagai misi kebudayaan harus mampu melakukan proses; pertama pewaris kebudayaan, kedua membantu individu memilih peran sosial dan mengajari untuk melakukan peran tersebut, ketiga memadukan beragam identitas individu kedalam lingkup individu yang lebih luas, keempat harus menjadi sumber inovasi sosial. Tahapan tersebut diatas, mencerminkan jalinan hubungan fungsional antara pendidikan dan kebudayaan yang mengandung dua hal utama, yaitu: pertama, bersifat reflektif, pendidikan merupakan gambaran kebudayaan yang sedang berlangsung. Kedua, bersifat progresif, pendidikan berusaha melakukan pembaharuan, inovasi agar kebudayaan yang ada dapat mencapai kemajuan. Kedua hal di atas, sejalan dengan tugas dan fungsi pendidikan adalah meneruskan atau mewariskan kebudayaan serta mengubah dan mengembangkan kebudayaan tersebut untuk mencapai kemajuan kehidupan manusia.
        3. Pendidikan Karakter Dalam Keluarga Aspek penting dalam pembentukan karakter anak dalam keluarga adalah terpenuhinya tiga kebutuhan dasar anak yaitu: rasa aman, stimulasi fisik dan mental merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada orang lain oleh anak. Kedekatan ini membuat anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman sehingga menumbuhkan rasa percaya. Kebutuhan akan rasa aman yaitu kebutuhan anak akan lingkungan yang stabil dan aman. Kebutuhan ini penting bagi pembentukan karakter anak karena lingkungan yang bisa berubah-ubah akan membahayakan perkembangan emosi bayi, pengasuh yang bertukar-tukar juga akan berpengaruh negatif pada perkembangan emosi anak. Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental juga merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter anak. Tentu saja hal ini membutuhkan perhatian yang besar dari orang tua dan reaksi timbal balik antara ibu dan anak. Pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan anak melalui pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, anak belajar tentang banyak hal termasuk karakter. Tentu saja pola asuh otoriter (yang cenderung menuntut anak untuk patuh terhadap segala keputusan orang tua) dan pola asuh permisif (yang cenderung memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk berbuat) sangat berbeda dampaknya dengan pola asuh demokrasi (yang cenderung mendorong anak untuk terbuka, namun bertanggung jawab dan mandiri) terhadap hasil pendidikan karakter anak. Artinya jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadapnya menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak oleh keluarga.
        4. Pendidikan Karakter Di Sekolah Proses pendidikan karakter di sekolah dilakukan secara terpadu. Proses tersebut didasarkan bahwa sejauh ini muncul keyakinan bahwa anak tumbuh dengan baik jika dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Dalam pendidikan karakter, pemodelan atau pemberian teladan merupakan strategi yang biasa digunakan untuk menggunakan strategi ini ada dua syarat yang harus dipenuhi, pertama, guru harus berperan sebagai model yang baik bagi peserta didik. Kedua, peserta didik harus meneladani orang yang terkenal berakhlak mulia, misalnya Nabi Muhammad SAW. cara guru menyelesaikan masalah dengan adil, menghargai pendapat peserta didik dan mengkritik orang lain dengan santun, merupakan perilaku yang secara alami dijadikan model bagi peserta didik.
        5. Pendidikan Karakter Dalam Masyarakat Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa keteladanan sangat penting dalam implementasi pendidikan berbasis karakter. Oleh karena itu, sangat tepat jika pendidikan tersebut tidak hanya mencangkup peserta didik dan guru, melainkan juga kemasyarakat luas di luar lingkungan sekolah. Jika demikian peserta didik akan mudah menemukan contoh perilaku baik di masyarakat. Dari pembahasan pendidikan karakter diatas dapat peneliti ketahui bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di masyarakat menggariskan pentingnya unsur keteladanan. Selain dari itu, perlu disertai pula dengan upaya-upaya untuk mewujudkan lingkungan sosial yang kondusif (mendukung) bagi anak, baik dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat. Jika demikian, pelaksanaan pendidikan karakter akan lebih berkesan dalam rangka membentuk kepribadian anak.


0 comments:

Posting Komentar