Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Karakter
Peranan guru bimbingan
dan konseling sebagai pelaksana utama yang mengkoordinir semua kegiatan
bimbingan dan konseling disekolah untuk membantu peserta didik menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik, agar menjadi pribadi yang mandiri,
peranan guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar
dapat berlangsung baik sesuai dengan apa yang diharapkan.
Prayitno dan Erman
Amti mengemukakan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa. Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor kepada anak didik agar dapat
memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertindak dengan baik
sesuai dengan perkembangan jiwanya. Dalam hal ini guru BK berperan penting dalam membentuk karakter disiplin dan
tanggung jawab belajar pada peserta didik.
Karakter
Menurut Suyanto dalam
Zubaedi, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
individu dan makhluk sosial baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, bangsa, dan negara serta berani mempertanggung jawabkan keputusan
yang ia buat.
Disiplin
Pengertian disiplin menurut Soedjono adalah suatu
keadaan dimana individu berperilaku sesuai dengan pola-pola tertentu yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.4 Menurut Manullang, disiplin berarti sanggup
melakukan apa yang sudah disetujui, baik persetujuan tertulis, lisan maupun
berupa peraturan-peraturan.
Tanggung Jawab
Belajar Tanggung jawab belajar
merupakan suatu kewajiban yang dimiliki oleh peserta didik untuk melaksanakan
tugasnya yaitu belajar yang merupakan suatu proses usaha berdasarkan praktik
atau pengalaman tertentu untuk mendapatkan kecakapan atau tingkah laku yang baru
dengan menerima segala konsekuensi dengan penuh kesadaran dan kesukarelaan.
Masalah Pemerintah Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan di
Indonesia
Upaya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan adanya perubahan
kurikulum. Perubahan Kurikulum mewajibkan kita untuk mementingkan pendidikan
berbasis karakter dan kompetensi yang bertujuan untuk menghasilkan karakter anak
bangsa yang berakhlak baik. Berdasarkan fakta yang ada di masyarakat tentang
menurunnya moral generasi muda serta peserta didik yang tidak memahami rasa
tanggung jawabnya sebagai peserta didik. Misalnya, perilaku peserta didik yang
banyak melakukan tindakan tidak baik seperti terlibat kasus narkoba perkelahian,
bolos saat jam pelajaran, pergaulan bebas dan pesta minuman.
Fakta yang terjadi
mencerminkan bahwa kurangnya karakter yang ada dalam diri peserta didik
tersebut. Pembentukan dan penanaman karakter menjadi sangat penting untuk
menentukan cara seseorang bersikap. Karakter manusia yang telah melekat pada
kepribadiannya akan ditunjukkan melalui perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter juga mengacu pada serangkaian sikap (attitude), tingkah laku, motivasi
dan keterampilan (skills).
Perkembangan karakter seorang anak tentunya tidak
lepas dari peran orang tua, karena diperlukan guna untuk memberikan pendidikan
karakter yang baik, jika orang tua salah dalam mendidik anak dapat berakibat
fatal dalam perkembangan anak. Peran guru di sekolah pun sangat penting dalam
memberikan pendidikan karakter yang baik. Oleh karena itu, kerja sama antara
orang tua dan guru sangatlah penting dalam membentuk karakter anak.
Karakter
yang berkualitas penting untuk diajarkan sejak usia dini. Sebab saat usia inilah
anak dapat dengan mudah menerima berbagai informasi dengan cepat, sehingga apa
yang didapat pada anak akan diterima dengan baik dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Karakter merupakan tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh
individu yang relative tetap. Dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat al-baqarah ayat
44 yang Artinya: Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan,
sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)?
Tidakkah kamu mengerti? Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan manusia
untuk bertanya kepada orang yang mempunyai pengetahuan pertanyaan yang belum
dijawab, akan mendorong seseorang (yang ditanya) untuk mencari tahu dan
pertanyaan akan melahirkan ilmu-ilmu baru serta mendorong seseorang untuk terus
belajar. Allah juga memerintahkan manusia menggunakan nalarnya dan fikirannya
untuk mendapatkan kebenaran agar pikiran manusia tidak tumpul dan mudah
dibodohi.
Karakter erat kaitannya dengan kepribadian seseorang, dimana seseorang
yang disebut berkarakter adalah seseorang yang bertingkah lakunya sesuai dengan
kaidah moral. Hal ini yang menjadi dasar terkait dengan karakter religius dan
disiplin peserta didik. Menurut Arikunto kedisplinan peserta didik dapat
terlihat melalui tiga aspek diantaranya, aspek di lingkungan keluarga, aspek
dilingkungan sekolah, dan aspek dilingkungan pergaulan.
Berdasarkan aspek-aspek
disiplin yang disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan kedisiplinan peserta
didik terdiri dari lima indikator diantaranya, mengerjakan tugas sekolah di
rumah, mempersiapkan keperluan sekolah di rumah, sikap peserta didik di kelas,
kehadiran peserta didik, melaksanakan tata tertib di sekolah. Untuk membantu
orang tua dalam pembentukan karakter anak, guru bimbingan dan konseling perlu
melakukan pendekatan personal, artinya guru bimbingan dan konseling harus
kompeten, layak dicontoh, dan menjadi figure yang dihormati. Dasar-dasar agama
pun seharusnya diterapkan dalam menolong anak didik, agar memiliki karakter yang
baik di lingkungan sekitar.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi pembentukan
karakter anak-anak, mulai dari anggota keluarga, media, lingkungan, dan teman-
teman mereka. Jika didalam keluarga, orang tua tidak memberikan perhatian yang
cukup kepada anak, maka tidak heran jika anak-anak mencarinya diluar rumah.
Pembentukan karakter dilakukan secara terus menerus walaupun pelan pastinya akan
diperoleh perubahan yang luar biasa walaupun pada kenyataannya tidak tahu
pastinya kapan. Dalam hal ini seharusnya ditanamkan supaya tidak kecewa dengan
hasil adalah ketabahan dan kesabaran. Salah satu tempat untuk menanamkan
karakter pada anak adalah di sekolah. Sekolah merupakan tempat yang strategis
untuk menanamkan karakter.
Penanaman karakter di sekolah dilakukan oleh seorang
guru, oleh karena itu seorang guru harus berperan baik dalam bersikap, karena
peserta didik akan mencontoh apa yang dilakukan gurunya. Selain itu, peserta
didik juga harus memiliki kecerdasan spriritual, kecerdasan intelektual, dan
kecerdasan emosionalnya, meskipun kecerdasan itu diperlukan bagi peserta didik,
tentu pendidikan karakter lebih diutamakan bagi peserta didik. Oleh karena itu,
peserta didik yang memiliki kecerdasan tanpa diimbangi dengan suatu karakter
tidak lah cukup dalam mencapai hasil belajar maksimal. Peran guru BK tidak hanya
untuk pembentukan karakter disiplin peserta didik saja namun juga untuk
menanamkan tanggung jawab belajar dalam dirinya. Tanggung jawab belajar sangat
dibutuhkan dalam proses belajar.
Tanggung jawab belajar adalah suatu proses
dimana seorang berinteraksi langsung menggunakan alat inderanya terhadap objek
belajar dan lingkungan melalui pendidikan di sekolah yang menghasilkan perubahan
tingkah laku menganggung segala akibat dan kegiatan belajar dengan penuh
kesadaran, kerelaan, rasa memiliki, dan disiplin yang bertujuan untuk menguasai
materi ilmu pengetahuan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya
tanggung jawab belajar peserta didik antara lain dapat bersumber dari guru,
lingkungan tempat tinggal, sarana dan prasarana yang ada, orang tua, dan dari
peserta didik itu sendiri. Tidak bertanggung jawab dalam belajar dikarenakan
kurangnya dorongan, pengawasan dan motivasi dari dalam diri maupun luar diri
peserta didik tersebut dan beberapa faktor seperti masalah keluarga, lingkungan,
pergaulan dan teman sebaya.
Pembentukan Karakter
1. Pengertian Karakter
Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik, (mengerti
nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata kehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan) yang terdapat dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Dalam
hubunganya dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak,
yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebarkan kebaikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Sedangkan menurut psikologi, karakter
adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang
individu, karena itu jika pengetahuan mengenai karakter seorang itu dapat
diketahui bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi
tertentu.
Dilihat dari sudut pengertian ternyata karakter dan akhlak tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu
tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam
pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan. Karakter
identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilainilai perilaku manusia
yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka
berhubungan dengan tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun
dengan lingkungannya yang terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum tata karma, budaya dan adat
istiadat. Dalam Hadis Nabi SAW. Yang diriwayatkan oleh iman Bukhari menjelaskan
bahwa, yang artinya: “Nabi SAW bersabda: setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah (suci), kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi atau Nasrani atau
Majusi, bagaimana seekor binatang melahirkan anaknya, apakah engkau melihat dia
melindunginya?” Dari Dalil diatas menjelaskan bahwa karakter baik merupakan
fitrah manusia yang proses pengembangannya dapat dilakukan melalui tuntutan
agama dan lingkungan budaya.
2. Macam-macam Bentuk Karakter
1. Pendidikan
Karakter Berbasis Islam Islam menggunakan kata akhlak (bentuk jamak dari kata
khuluq) untuk menggambarkan karakter. Mengemukakan dua citra manusia, yaitu
citra lahiriah manusia disebut khalaq, dan citra bantiniah disebut khuluq.
Karakter atau akhlak mulia dalam perspektif islam merupakan buah yang dihasilkan
dari proses penerapan (Ibadah dan Muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah
yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter merupakan kesempurnaan dari bangunan,
tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat. Oleh sebab itu tidak mungkin
karakter mulia akan terwujud pada diri seseorang jika tidak memiliki aqidah dan
syariah yang benar.
2. Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Pendidikan karakter
berbasis budaya menegaskan bahwa kebudayaan dimaknai sebagai sesuatu yang
diwariskan atau dipelajari, kemudian meneruskan apa yang dipelajari serta
mengubahnya menjadi sesuatu yang baru, itulah proses dari pendidikan. Apabila
demikian adanya, maka tugas pendidikan sebagai misi kebudayaan harus mampu
melakukan proses; pertama pewaris kebudayaan, kedua membantu individu memilih
peran sosial dan mengajari untuk melakukan peran tersebut, ketiga memadukan
beragam identitas individu kedalam lingkup individu yang lebih luas, keempat
harus menjadi sumber inovasi sosial. Tahapan tersebut diatas, mencerminkan
jalinan hubungan fungsional antara pendidikan dan kebudayaan yang mengandung dua
hal utama, yaitu: pertama, bersifat reflektif, pendidikan merupakan gambaran
kebudayaan yang sedang berlangsung. Kedua, bersifat progresif, pendidikan
berusaha melakukan pembaharuan, inovasi agar kebudayaan yang ada dapat mencapai
kemajuan. Kedua hal di atas, sejalan dengan tugas dan fungsi pendidikan adalah
meneruskan atau mewariskan kebudayaan serta mengubah dan mengembangkan
kebudayaan tersebut untuk mencapai kemajuan kehidupan manusia.
3. Pendidikan
Karakter Dalam Keluarga Aspek penting dalam pembentukan karakter anak dalam
keluarga adalah terpenuhinya tiga kebutuhan dasar anak yaitu: rasa aman,
stimulasi fisik dan mental merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter
anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada orang
lain oleh anak. Kedekatan ini membuat anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan
rasa aman sehingga menumbuhkan rasa percaya. Kebutuhan akan rasa aman yaitu
kebutuhan anak akan lingkungan yang stabil dan aman. Kebutuhan ini penting bagi
pembentukan karakter anak karena lingkungan yang bisa berubah-ubah akan
membahayakan perkembangan emosi bayi, pengasuh yang bertukar-tukar juga akan
berpengaruh negatif pada perkembangan emosi anak. Kebutuhan akan stimulasi fisik
dan mental juga merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter anak. Tentu
saja hal ini membutuhkan perhatian yang besar dari orang tua dan reaksi timbal
balik antara ibu dan anak. Pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua
dengan anak dalam rangka pendidikan anak melalui pola asuh yang dilakukan oleh
orang tua, anak belajar tentang banyak hal termasuk karakter. Tentu saja pola
asuh otoriter (yang cenderung menuntut anak untuk patuh terhadap segala
keputusan orang tua) dan pola asuh permisif (yang cenderung memberikan kebebasan
penuh kepada anak untuk berbuat) sangat berbeda dampaknya dengan pola asuh
demokrasi (yang cenderung mendorong anak untuk terbuka, namun bertanggung jawab
dan mandiri) terhadap hasil pendidikan karakter anak. Artinya jenis pola asuh
yang diterapkan oleh orang tua terhadapnya menentukan keberhasilan pendidikan
karakter anak oleh keluarga.
4. Pendidikan Karakter Di Sekolah Proses pendidikan
karakter di sekolah dilakukan secara terpadu. Proses tersebut didasarkan bahwa
sejauh ini muncul keyakinan bahwa anak tumbuh dengan baik jika dilibatkan secara
alamiah dalam proses belajar. Dalam pendidikan karakter, pemodelan atau
pemberian teladan merupakan strategi yang biasa digunakan untuk menggunakan
strategi ini ada dua syarat yang harus dipenuhi, pertama, guru harus berperan
sebagai model yang baik bagi peserta didik. Kedua, peserta didik harus
meneladani orang yang terkenal berakhlak mulia, misalnya Nabi Muhammad SAW. cara
guru menyelesaikan masalah dengan adil, menghargai pendapat peserta didik dan
mengkritik orang lain dengan santun, merupakan perilaku yang secara alami
dijadikan model bagi peserta didik.
5. Pendidikan Karakter Dalam Masyarakat
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa keteladanan sangat penting dalam
implementasi pendidikan berbasis karakter. Oleh karena itu, sangat tepat jika
pendidikan tersebut tidak hanya mencangkup peserta didik dan guru, melainkan
juga kemasyarakat luas di luar lingkungan sekolah. Jika demikian peserta didik
akan mudah menemukan contoh perilaku baik di masyarakat. Dari pembahasan
pendidikan karakter diatas dapat peneliti ketahui bahwa pelaksanaan pendidikan
karakter di masyarakat menggariskan pentingnya unsur keteladanan. Selain dari
itu, perlu disertai pula dengan upaya-upaya untuk mewujudkan lingkungan sosial
yang kondusif (mendukung) bagi anak, baik dalam keluarga, disekolah dan dalam
masyarakat. Jika demikian, pelaksanaan pendidikan karakter akan lebih berkesan
dalam rangka membentuk kepribadian anak.
0 comments:
Posting Komentar