Selasa, 13 Februari 2024

Menyontek Penyebab dan solusinya


a.  Pengertian Menyontek

    Pengertian menyontek atau menjiplak atau ngepek menurut Purwadarminta sebagai suatu kegiatan mencontoh / meniru / mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Cheating (menyontek) menurut Wikipedia Encyclopedia sebagai suatu tindakan tidak jujur yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan keuntungan yang mengabaikan prinsip keadilan. Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pelanggaran aturan main yang ada.

Abdullah Alhadza dalam Admin (2004) mengutip pendapat dari Bower (1964) yang mendefinisikan “cheating is manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve academic success or avoid academic failure),” maksudnya “menyontek” adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis.

Nyontek sering kali dipahami dan merupakan sikap pecundang yang menginginkan hasil paling bagus tanpa harus bersusah payah. Biasanya, nyontek dilakukan oleh para siswa yang sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian, dan yang bersangkutan tidak mempersiapkan penguasaan bahan/materi pelajaran yang memadai dengan berbagai alasan. Mereka menyontek pekerjaan temannya yang dianggap lebih pintar atau mengerjakan soal dengan jawaban yang dilihatnya dari catatan yang sudah dipersiapakan. Catatan ini bisa berupa apa saja, buku-buku, atau catatan kecil lainnya.

 

b.  Faktor Penyebab dan Akibat Menyontek

Menurut Nugroho (2008), yang menjadi penyebab munculnya tindakan ”menyontek” bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar (eksternal) misalnya dari guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.

1. Faktor dari dalam diri sendiri

•  Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.

 Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.

 Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.

 Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan  pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru/dosen.

 Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.

•  Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk test/ujian.

  Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.

2. Faktor dari Guru

 Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.

 Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.

  Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.

 Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.

3. Faktor dari Orang Tua

  Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.

 Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak

4. Faktor dari Sistem Pendidikan

•   Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.

  Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.

        Akibat Menyontek

Bagi yang menyontek ketahuan oleh pengawas dapat dipastikan bagaimana kisah selanjutnya. Bisa dikeluarkan dari ruang ujian dan menanggung malu, dan bahkan lebih fatal lagi adalah adalah didiskualifikasi dan dinyatakan tidak lulus ulangan. Ilmu yang didapatkan dengan tidak jujur, biasanya tidak membawa barokah. Jangan-jangan mereka yang menganggur setelah lulus karena ilmu yang diperolehnya selama sekolah didapatkannya dengan cara yang tidak jujur pula. Hannya Tuhan yang tahu.

c.  Cara Penanggulangan Menyontek

Dari uraian di atas dapat diidentifikasi bahwa ada empat faktor yang menjadi penyebab menyontek yaitu:

(1) Faktor individual atau pribadi dari penyontek,

(2) Faktor lingkungan atau pengaruh kelompok

(3) Faktor sistem evaluasi dan

(4) Faktor guru/dosen atau penilai.

Berkenaan dengan asas moral di atas, dapat ditegaskan bahwa yang terpenting dalam pendidikan moral adalah bagaimana menciptakan faktor kondisional yang dapat mengundang dan memfasilitasi seseorang untuk selalu berbuat secara moral dalam ujian (tidak “menyontek”) maka caranya adalah mengkondisikan keempat faktor di atas ke arah yang mendukung, yaitu sebagai berikut:

1) Faktor pribadi dari penyontek

(a)  Bangkitkan rasa percaya diri

(b)  Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional

(c)  Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius

2) Faktor Lingkungan dan Kelompok

Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral.

3) Faktor Sistem Evaluasi

(a)  Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)

(b)  Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif

(c)  Lakukan pengawasan yang ketat

(d) Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.

4) Faktor Guru/ Dosen

(a)  Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.

(b)  Bersikap rasional dan tidak ”menyontek” dalam memberikan tugas ujian/tes.

(c)  Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.

(d)  Berikan umpan balik atas setiap penugasan.

 

 

Bangga dengan hasil karya sendiri itu utama,

bangga karena meniru itu semu!