A. Pengertian Kepekaan Diri dan
Sosial
Kepekaan diri dan sosial merupakan kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi - reaksi yang terjadi di lingkungan serta perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal. Seorang individu diasah dan ditempa untuk mengenal nilai moral baik buruk, pantas-tidak pantas, mulia-hina, sikap-sikap yang membawa kepada keberhasilan atau pola perilaku yang mengakibatkan kegagalan. Tumbuhnya kepekaan diri dan kepekaan sosial tersebut selanjutnya akan membentuk kerpibadian seseorang. Bentuk kepekaan diri antar lain peka terhadap ekspresi wajah dan perasaan, pikiran dan pendapat dan lain-lain. Sedangkan kepekaan sosial contohnya peka terhadap berita di media massa, perilaku ikut-ikutan, gosip dan fitnah serta pergaulan.
Kepekaan Terhadap
Pemberitaan
Berita di media massa itu sangat dahsyat pengaruhnya, sehingga mempengaruhi pikiran dan sikap jutaan pembaca atau penerimanya. Inilah yang disebut bahwa berita dapat membentuk opini publik. Bahayanya apabila berita itu menyangkut citra dan martabat seseorang. Khususnya bila berita itu tidak benar, isu, gosip, ditambah-tambah, dibelok-belokan, atau fitnah. Hal inilah yang sering dikeluhkan bahwa pemberitaan dapat menghakimi atau “membunuh karakter” seorang individu. Ini tidak adil dan kejam! Disamping itu, jurnalistik memang menganut prinsip anomali, yakin sesuatu yang aneh, “sakit”, penyimpangan dan unik dinilai sebagai daya tarik berita. Namun sayang, suatu berita dianggap seolah-olah mewakili keadaan mayoritas pada umumnya. Oleh karena itu diperlukan kepekaan hati, sikap kritis, dan bijak setiap menerima/mencerna setiap berita. Selain itu sikap dalam menghadapi setiap gosip atau pemberitaan yang belum tentu benar pemberitaannya.
Mencermati Fenomena Perilaku Ikut-ikutan
Tidak
semua hal yang diikuti dan serempak dilakukan orang banyak adalah kebenaran!
Tidak setiap perkara yang dianut oleh mayoritas masyarakat itu, pasti suatu
kebaikan. Sering kali suatu kebenaran itu hanya diikuti dengan sebagian kecil
masyarakat yaitu masyarakat yang masih teguh memegang nilai-nilai/norma. Dan
merekalah yang bakal sukses dan memperoleh kebahagiaan sebenarnya.
Contoh 1 :
Mayoritas masyarakat barat
menganut pergaulan bebas dengan segala dampaknya. Sehingga penyakit HIV/AIDS
merajalela. Pornografi dan pornoaksi menjadi kebiasaan banyak orang tetapi GAYA HIDUP INI SESAT.
Contoh 2 :
Budaya tidak merokok sepertinya sedikit
masyarakat yang mengikutinya sebagian kecil saja orang yang tidak merokok atau
instansi yang bebas asap rokok. Tapi bukankah sebenarnya perilaku TIDAK MEROKOK YANG SEHAT ?
Untuk itu,
kita perlu mengantisipasi prilaku ikut-ikutan. Kita memiliki pribadi yang
berkarakter sesuai dengan kepribadian bangsa yang kita cintai.
B. Menumbuhkan Kepekaan Sosial
Agar Anda mampu menumbuhkan kepekaan
sosial dalam diri sehingga Anda menjadi pribadi yang asyik untuk diajak bergaul
oleh siapapun.
1. Menyadari Bahwa Kita Tidak Bisa Hidup Sendiri
Mengapa orang tidak mampu memiliki kepekaan sosial yang baik? Salah
satu penyebabnya adalah karena orang itu sering menyendiri dan tidak mau
berbaur dengan yang lain. Ia ada dalam sebuah lingkungan, tetapi ia tidak
pernah mau untuk berkumpul bersama dengan orang-orang yang ada dalam
lingkungannya. Tiap ada kegiatan bersama, orang yang semacam ini akan cenderung
tidak mau hadir. Di mata Allah, kesendirian adalah hal yang tidak baik.
Kesendirian akan menjadikan manusia tidak memiliki penolong yang sepadan. Sebab
itu, Allah menciptakan manusia dalam sebuah kebersamaan dengan manusia yang
lain. Karena itu, dalam rangka membangun kepekaan sosial, keluarlah dari
kesendirian dan masukilah kehidupan bersama dengan orang lain yang ada di
sekitar kita.
2.
Bergaul Dengan Sebanyak-Banyaknya Orang
Perjumpaan dengan banyak orang akan membuat kita makin mudah mengetahui
perbedaan karakter dari tiap-tiap pribadi. Ketika Tuhan menciptakan manusia,
Tuhan menciptakannya dengan keunikan dan kekhususan masing-masing. Di dunia
ini, tidak ada manusia yang sama persis. Orang yang kembar identik pun
tetap memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Karena itu, ketika kita
membiasakan diri kita untuk bergaul dengan banyak orang, hal itu akan mengasah
kemampuan kita untuk melihat masing-masing orang dengan keunikannya.
3. Memperhatikan Dan Memperbaiki
Cara Berbicara
Cara berbicara adalah hal yang perlu untuk kita perhatikan dalam hidup
bersama orang lain. Banyak orang yang dalam kehidupan sehari-hari berselisih
dan bertengkar karena cara bicaranya yang tidak menunjukkan kepekaan terhadap
orang-orang yang ada di sekitarnya. Keterlibatan kita dalam organisasi akan
mengasah kita untuk memiliki kepekaan dalam mengutarakan ide dan pendapat
sehingga tidak melukai orang lain. Keterlibatan ini juga akan membuat kita
mampu mengenali cara berpikir dan cara bicara orang lain sehingga sedikit
banyak kemampuan kita untuk mengenal orang lain akan terasah.
4. Terlibat Dalam Kegiatan Sosial
Kegiatan sosial merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh banyak
orang pada masa sekarang. Kegiatan ini biasanya dilakukan dalam berbagai macam
bentuk, misalnya: kunjungan ke panti asuhan, pengumpulan dana untuk korban
bencana, pengobatan gratis, dan sebagainya. Jika Anda mendengar di sekolah Anda
atau di lingkungan Anda melakukan kegiatan-kegiatan semacam itu, sedapat
mungkin terlibatlah dalam kegiatan itu. Ambillah peran sesuai dengan talenta
dan kemampuan Anda. Kegiatan ini merupakan kegiatan positif yang akan mengasah
kepekaan terhadap orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Melalui
kegiatan itu, Anda akan dibentuk menjadi pribadi yang memiliki kepedulian
terhadap orang-orang yang perlu diperhatikan dan dipedulikan dalam hidup ini.
5. Mengembangkan Empati
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang
lain. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan non
verbal, seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya.
Seseorang yang memiliki kemampuan ini akan lebih pandai menyesuaikan diri,
lebih mudah bergaul, dan lebih peka. Empati dapat kita kembangkan apabila kita
membiasakan diri untuk bergaul dengan orang lain dan mengamati orang-orang yang
ada di sekitar kita.
6. Berperilaku Prososial
Perilaku prososial adalah istilah yang digunakan oleh para ahli
psikologi untuk menjelaskan perilaku sukarela yang ditujukan untuk kepentingan
atau keuntungan orang lain, seperti: berbagi, membantu seseorang yang
membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati.
Perilaku ini menuntut adanya kesediaan untuk berkorban bagi orang lain,
menghargai keberadaan orang lain, dan tidak menempatkan diri sendiri lebih
tinggi dari orang lain.
7. Melihat Dan Bertindak
Di sekitar kita, banyak orang yang
memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat menjalankan aktivitas sosialnya
dengan normal. Misalnya, orang-orang miskin, anak-anak jalanan, dan orang-orang
yang sudah lanjut usianya. Mereka membutuhkan perhatian lebih, bahkan
pertolongan yang nyata dalam kesusahan mereka.
Orang yang memiliki kepekaan sosial
adalah orang yang pada saat melihat orang lain yang ada dalam kondisi yang
susah tidak akan hanya berhenti pada memandang orang itu, melainkan melakukan
sesuatu untuk orang yang dilihatnya itu. "Sesuatu" di sini tidak
harus dengan memberi uang atau barang, melainkan juga bisa dalam bentuk
perbuatan lain, misalnya berdoa untuk orang itu.
C. Melatih Kepekaan Diri
Andaikata kita ingin tahu bagaimana masa depan kita,
sederhana sekali, Iihat apa yang kita lakukan saat ini. Kalau saat ini kita
pemalas, yang akan terjadi adalah masa depan yang suram. Begitupun bila licik,
pasti masa depan kita tidak berbeda jauh dengan kelicikan yang dikerjakan saat
ini. Karena segala yang kita lakukan akan kembali kepada pelakunya.
Perbuatan baik akan menjadi buah
kebaikan, tidak sekarang mungkin nanti. Begitu pula jika amat buruk yang
dikerjakan, pasti berbuah keburukan pula. Kita semua sungguh harus menyadarl
dan memahami, tidak ada yang celaka, kecuali buah dari pekerjaan kita sendiri.
Oleh karena itu, kewajiban kita hanya
dua hal.
Pertama, serius mencari dan menemukan kekurangan diri;
tidak usah sibuk membela diri.
Kedua, mengembang terus kemampuan supaya mampu berbuat
lebih baik. Karena kemuliaan seseorang dilihat dari tingkat manfaatya bagi
orang lain. Orang memang cenderung tebih sibuk dengan kepentingan dirinya,
dengan aktivitas yang menguntungkan diri.